Makalah Sosiologi
Tentang
Tawuran Pelajar
Disusun Oleh :
Nama :
Dyas Aji Saputra
NPM :
12.12.000.00.46
Smt/Kelas : Semt. I / A2
Fak/Jur. :
Hukum / Ilmu Hukum
Universitas Islam Kadiri
Tahun
Ajaran 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tawuran Pelajar”.
Penulisan
makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Sosiologi.
Dalam
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
khususnya kepada :
1.
Ibu Emi Puasa selaku H, SH MH selaku
Dekan Fak. Hukum Uniska
2.
Bapak Drs. Sakroni, M.Si selaku Dosen
mata kuliah sosiologi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini
3.
Rekan-rekan semua di Kelas A2 Semt.1
Fak. Hukum Uniska
4.
Secara khusus penulis menyampaikan
terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan
bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti
perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini
5.
Semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah
ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
I.
Pendahuluan
1. 1. Latar
Belakang Masalah
Tawuran yang sering dilakukan pada
sekelompok remaja terutama oleh para pelajar seolah sudah tidak lagi menjadi
pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita. Inilah beberapa
contoh yang bisa saya kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang dilakukan
oleh para remaja beberapa tahun lalu. Di Jakarta pada tanggal 25 September 2012
terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya dua sekolah, di
antaranya adalah SMA 6 dan SMA 70 Jakarta(detik.com).
Di Subang pada tanggal 26 Mei 2012
terjadi tawuran antara pelajar SMK YPK Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian
pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19 Juni 2012 terjadi tawuran antara
pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com).
Tidak hanya pelajar tingkat sekolah
menengah saja yang terlibat tawuran, di Makasar pada tanggal 11 Oktober 2012
mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat tawuran dengan sesama rekannya
yang mengakibatkan korban jiwa.
Kekerasan sudah dianggap sebagai
pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini
seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan
hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku
buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran
itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara
langsung.
Lalu mengapa tawuran antar
pelajar ini bisa terjadi? Faktor apa sajakah yang menyebabkan tawuran
antar pelajar ini? Apa saja dampak yang ditimbulkan dari tawuran yang dilakukan?
Dan bagaimanakah kita sebagai manusia-manusia perbaikan bangsa mencari jawaban
atas semua permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tawuran pelajar ini?
II.
Landasan Teori
1. Pengertian
Tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia
“tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang.
Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian
tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar
Secara psikologis, perkelahian yang
melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan
remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat
digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya
situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya
muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat
perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini
ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk
berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja
seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan
genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok
teman sebayanya.
III.
Pembahasan
Faktor- faktor yang menyebabkan tawuran pelajar
Berikut ini adalah
faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a. Faktor
Internal
Faktor internal ini terjadi didalam
diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri
yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh
yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu
melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai
keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang
mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya
tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu,
ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya
perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri,
tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya
membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang
sekelilingnya.
b. Faktor
Eksternal
Faktor eksternal
adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1. Faktor
Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana
pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat
kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi
remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang
datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa
menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga
yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga
yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama
pada masa remaja.
3
Menurut Hirschi (dalam Mussen
dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak
berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari,
1997).
Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak
berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari,
1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu
berprilaku baik.
2. Faktor
Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk
menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara
akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi
lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak
baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya
disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki
cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut
menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para
siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik
yang memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor
Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah
dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan
rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik.
Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para
remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya
juga bisa mengakibatkan tawuran.
2. Hal
yang menjadi pemicu tawuran
Tak jarang disebabkan oleh saling
mengejek atau bahkan hanya saling menatap antar sesama pelajar yang berbeda
sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan
masih banyak lagi sebab-sebab lainnya.
3. Dampak
karena tawuran pelajar
a. Kerugian fisik, pelajar yang ikut
tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat,
bahkan sampai kematian
b. Masyarakat sekitar juga dirugikan.
Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari
batu dan mengenai rumah warga
c. Terganggunya proses belajar
mengajar
d. Menurunnya moralitas para pelajar
e. Hilangnya perasaan peka, toleransi,
tenggang rasa, dan saling menghargai
4. Hal-hal
yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar
a. Memberikan pendidikan moral
untuk para pelajar
b. Menghadirkan seorang figur
yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang guru,
orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu
bersikap baik
c. Memberikan perhatian yang
lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri
d. Memfasilitasi para pelajar untuk
baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya :
membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang
bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler
disekolahnya
Kartini kartono pun menawarkan beberapa cara untuk
mengurangi tawuran remaja, diantaranya :
1. Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan
kekurangan sendiri dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya
tidak mendidik dan tidak menuntun
2. Memberikan kesempatan kepada remaja
untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
3. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang
relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan
perkembangan bakat dan potensi remaja
IV.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran
remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa itu sendiri. Melainkan juga
terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih
berusia remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan
yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka
inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya
jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga
tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam
pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak
haruslah diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang
baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam
mengembangkan potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.
2. Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran
pelajar diatas, penulis memberikan beberapa saran. Diantaranya :
a. Keluarga
sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir yang
baik untuk para pelajar
b. Masyarakat
mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
c. Lembaga
pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk
membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang
ada didalam dirinya
sumber :
http://detik.com/
Hartono, Agung., Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta Jakarta.,2006